BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Agaknya
pemahaman, penghayatan, dan penghargaan kita terhadap bahasa nasional dan
negara sendiri belum tumbuh secara maksimal dan proporsional. Padahal, tak
henti-hentinya pemerintah menganjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan
kaidah yang baik dan benar. Setelah kaidah bahasa Indonesia oleh beberapa oknum
pejabat Orde Baru dirusak dengan merubah akhiran "kan" menjadi
"ken". Bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam membangun
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan sumber daya manusia yang relevan
dengan perkembangan zaman. Karena itu, peningkatan pendidikan bahasa Indonesia
di sekolah-sekolah perlu dilakukan melalui peningkatan kemampuan akademik para
pengajarnya.
Fungsi
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah sebagai sarana pengembangan
penalaran. Pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan
memperluas wawasan. Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan
perlu terus dilakukan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Seirama dengan ini, peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di
sekolah perlu terus dilakukan.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
sudah berusia 79 tahun. Jika dianalogikan dengan kehidupan manusia, dalam
rentang usia tersebut idealnya sudah mampu mencapai tingkat kematangan dan
kesempurnaan, sebab sudah banyak merasakan lika-liku dan pahit-getirnya
perjalanan sejarah.
Untuk
menggetarkan gaung penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
pemerintah telah menempuh politik kebahasaan, dengan menetapkan bulan Oktober
sebagai Bulan Bahasa. Namun,
seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak
masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan. Mampukah bahasa
Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa Iptek yang berwibawa dan punya
prestise tersendiri di tengah-tengah dahsyatnya arus globalisasi? Mampukah
bahasa Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban
yang terus gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah
para penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi
yang efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu? Jika kita melihat kenyataan di
lapangan, secara jujur harus diakui, bahasa Indonesia belum difungsikan secara
baik dan benar. Para penuturnya masih dihinggapi sikap inferior (rendah diri)
sehingga merasa lebih modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam peristiwa
tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulis, menyelipkan setumpuk istilah
asing, padahal sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, beberapa kaidah yang
telah dikodifikasi dengan susah-payah tampaknya belum banyak mendapatkan
perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak, pemakaian bahasa Indonesia
bermutu rendah: kalimatnya rancu dan kacau, kosakatanya payah, dan secara
semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat sloganistis, tanpa tindakan
nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya, 2007). Melihat persoalan di atas, tidak ada
kata lain, kecuali menegaskan kembali pentingnya pemakaian bahasa Indonesia
dengan kaidah yang baik dan benar. Hal ini dapat dimulai dari diri sendiri juga
perlu didukung oleh pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Pembelajaran
bahasa Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak,
berbicara, dan kemampuan bersastra. Aktivitas membaca merupakan awal dari
setiap pembelajaran bahasa. Dengan membaca, siswa dilatih mengingat, memahami
isi bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, siswa juga
akan menemukan informasi yang belum diketahuinya. Dari hasil membaca, siswa
dilatih berbicara, bercerita dan mampu mengungkapkan pendapat juga membuat
kesimpulan. Dengan
menulis, siswa dapat merefleksikan hasil bacaan dan pengamatannya. Dengan
menyimak, siswa dapat mengkomparasikan pengetahuannya dengan berbagai hal yang
disimak. Dengan berbicara, siswa dapat mengaktualisasikan pengetahuannya dalam
bentuk komunikasi dengan orang lain. Dengan kemampuan bersastra, siswa dapat
menampilkan nilai estetis dari bahasa, baik lisan maupun tulisan. Untuk menopang semua itu, guru
bahasa Indonesia harus dapat memotivasi siswa agar rajin membaca, termasuk
membaca surat kabar.
Dengan
membaca surat kabar, mereka mampu beropini, baik di kelas pada waktu belajar
atau melalui majalah dinding (mading) yang ada di sekolahnya. Selanjutnya,
siswa pun mampu beropini melalui media cetak. Saat ini media yang khusus untuk
bacaan pelajar memang masih sangat sedikit, karena surat kabar terlalu
didominasi media cetak hiburan.
Dengan membaca surat kabar setiap hari, ilmu pengetahuan
siswa akan bertambah. Tanpa disadari sebenarnya mereka juga sedang belajar
bahasa Indonesia. Setelah gemar membaca, siswa juga perlu dimotivasi untuk hobi
menulis, menyimak, berkomunikasi dan bersastra. Guru akan merasa bangga kalau
memiliki siswa yang berani mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang santun dan
logis.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan Bahasa Indonesia
terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Bahasa merupakan alat komunikasi
antara yang satu dengan yang lain. Dengan bahasa semua hal dapat dimengerti
maksud dan tujuan tertentu. Selain itu bahasa juga digunakan untuk menyampaikan
sesuatu hal, gagasan (pendapat), ide kepada orang lain agar bisa memahami apa
yang kita inginkan. Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk
bahasa Indonesia) IPTEK tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa
Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan
peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi
sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya
nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu,
jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir
karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu bahasa Indonesia juga mempunyai empat fungsi sebagai berikut :
Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu bahasa Indonesia juga mempunyai empat fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai lambang kebangsaan negara;
2. Lambang identitas negara;
3. Alat penghubung antarwarga, antardaerah, antarbudaya;
4. Alat yang menyatukan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda.
Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat pengembangan
kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia merupakan
alat yang digunakan sebagai bahasa media massa untuk menunjang perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang
menerapkan kaidah dengan konsisten. Sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa
yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannnya.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan pemikiran
yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud
identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat
modern. Bahasa Indonesia bersikap terbuka sehingga mampu mengembangkan dan
menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
Semakin berkembangnya teknologi di dalam kehidupan kita akan berdampak juga pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan IPTEK itu.
Semakin berkembangnya teknologi di dalam kehidupan kita akan berdampak juga pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan IPTEK itu.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat
dapat membuat pergeseran pada bahasa Indonesia. Apalagi biasanya teknologi
informasi (TI) banyak yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar
pemrograman. Dalam penerapannya teknologi informasi jarang yang menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Ini menyebabkan peralihan dari
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa Inggris yang merupakan bahasa
Internasional. Dilihat dari realitas ini menyebabkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang positif dan negatif.
2.2 Bahasa Indonesia dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu
pengetahuan dan teknologi modern untuk kepentingan nasional kita. Bahasa adalah
kunci untuk membuka khasanah pengetahuan. Dalam buku ilmu pengetahuan terdapat
ilmu pengetahuan dan teknologi dari berbagai disiplin ilmu. Dengan bahasalah,
kita dapat menguasai ilmu tersebut. Seperti
kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan di Indonesia masih tertinggal jika
dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti Negara-negara di Eropa dan
Amerika. Perkembangan bahasa Inggris seimbang dengan ilmu pengetahuannya. Hal
tersebut karena buku-buku yang dipergunakan untuk memperkenalkan ilmu
pengetahuan dan teknologi berbahasa Inggris. Keadaan tersebut tidak sebaik pada
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia selalu ketinggalan, perkembangannya tak
selaju perkembangan budaya bangsanya. Oleh sebab itu, walaupun bahasa Indonesia
sudah berperan sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai
pengantar ilmu pengetahuan.
Upaya apa yang harus kita lakukan untuk menjawab tantangan
tersebut. Pertama kita harus membiasakan sikap ilmiah dengan cara melengkapi
buku-buku ilmiah sebagai salah satu syarat. Menurut Halim (dalam Bakry,
1981:179) kesalahan tersebut bukan karena ketidakmampuan bahasa Indonesia
sebagai pengantar ilmu pengetahuan, tetapi karena kekurangan bahasa Indonesia dalam
hal peristilahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekarang ini Pusat Bahasa
masih memberlakukan upaya untuk menciptakan istilah-istilah baru untuk bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Usaha lain yang harus dilakukan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah dengan cara harus menerjemahkan semua buku
ilmu pengetahuan di dunia ini ke dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya
informasi ilmiah pengetahuan yang berarti meningkatkan mutu bahasa Indonesia
sebagai bahasa Ilmiah.
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak
pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak
mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang
politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara
tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua
produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia,
yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).
Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam
bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan
bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana
komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga
mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern. Jadi bahasa indonesia merupakan salah satu aspek yang penting
dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa indonesia lah yang menyatukan bangsa
indonesia yang beragama suku dan budaya.
2. 3 Bahasa Indonesia
sebagai Sarana Pengembangan IPTEK
Ditinjau dari segi usia, bahasa Indonesia
merupakan bahasa yang masih muda. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional baru
pada tahun 1928 yang ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928. sejak itu pula nama Indonesia dipakai sebagai nama tersebut, yang
sebelumnya dikenal dengan bahasa Melayu. Setelah Indonesia merdeka, bahasa
Indonesia itu dijadikan bahasa negara, seperti dapat dibaca pada Undang-Undang
Dasar 1945, pasal 36. ini berarti bahwa, sebagai bahasa negara bahasa Indonesia
baru lahir pada tahun 1945, bersamaan dengan disahkannya Undang-Undang Dasar
1945.
Suatu kenyataan bahwa ilmu pengetahuan
dan teknologi di negara kita ini, sedang mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Kepesatan perkembangannya, perlu diimbangi oleh bahasa yang mampu
mewadahinya serta yang mampu meneruskan ilmu pengetahuan dan teknologi ini,
baik secara horisontal (kepada generasi yang sama), maupun secara vertikal
(kepada generasi yang akan datang).
Untuk itu, pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, untuk bahan pembahasan seyogyanya ditulis dengan
gaya karya ilmiah, atau ilmiah populer. Penyajian karya ilmiah populer tidak
memerlukan skemata atau pengetahuan yang rumit tentang segala sesuatu yang
dibahas. Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat disajikan dengan bahasa yang
jelas, dengan mempergunakan istilah yang lazim digunakan dalam masyarakat umum.
Nadanya informatif, diselingin banyak humor agar menarik bagi pembaca.
Orang awam biasanya tidak tertarik kepada
istilah yang terlalu khusus dan terdengar aneh. Mareka ingin sesuatu yang
biasa-biasa saja, yang sudah ada di dalam masyarakat. Apabila di dalam
masyarakat ada istilah yang dapat dipergunakan untuk merujuk pada suatu konsep
tentang pengetahuan dan teknologi, maka hendaklah istilah itu dipakai. Apabila
tidak ada istilah yang sesuai dengan konsep itu, maka hendaklah mengambil
istilah yang sudah ada, yang maknanya hampir sama atau mendekati istilah yang
dimaksud.
Penggunaan istilah baru sebagai pengganti
istilah asing, memang seyogyanya mendapatkan perhatian khusus dari para penulis
karangan ilmiah. Namun pengembangan penggunaan selanjutnya sangat bergantung
kepada keberanian istilah baru itu dalam masyarakat. Kata canggih misalnya,
kini sudah memasyarakat dengan baik. Salah satu alasannya mungkin karena kata
sophisticated yang semula dipergunakan sebelum kata ”canggih” dilakukan, belum
begitu banyak dipergunakan oleh penulis ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kata-kata politik, sukses, dan stop,
misalnya sudah merupakan kata serapan yang sangat mapan. Namun kata baru yang
berasal dari kata-kata tersebut tidak semuanya mendapat penerimaan yang sama di
kalangan masyarakat. Kata menyetop sudah lazim digunakan secara umum, demikian
juga kata memolitikkan. Namun kata menyukseskan masih bersaing dengan kata
mensukseskan tanpa ada tanda-tanda yang mana yang akan tersingkir, seperti
hanya dengan kata mempolitikkan.
Begitu pula dengan kecendrungan sementara
orang untuk menggunakan istilah-istilah yang kurang cocok untuk karangan
ilmiah, seperti penggunaan akhiran –an, untuk kata apa, dan cepat juga dapat
dihilangkan. Dalam bahasan Indonesia, untuk bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, telah tumbuh peristilahan, ungkapan dan semantik.
Menciptakan istilah mengharuskan penghayatan ilmu yang bersangkutan dan
pemahaman bahasa yang secukupnya. Di sini kita temukan perpaduan antara cara
cipta dan cita rasa. Ada banyak istilah yang kita ciptakan hanya dengan
membubuhkan awalan dan akhiran. Kata larut misalnya, dapat kita turunkan menjadi
melarut, larutan, pelarut, pelarutan, dan kelarutan. Kita pun dapat menggali
dari khasanah bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kita sudah lama tidak mempunyai
istilah untuk padanan kata steady flow, tetapi kita sekarang dapat
mengindonesiakannya menjadi aliran lunak. Penggunaan dari bahasa Inggris to
sense kini banyak yang dihubungkan dengan teknologi mutakhir, yaitu cara
merekam permukaan bumi dari setelit. Untuk itu, kini kita gunakan mengindera
dan selain itu dapat pula kita turunkan seperangkat kata, seperti
pengeinderaan, penginderaan jauh, teknik pengeinderaan dan pengindera.
Bentuk lain, penuturan bahasan
Indonesia sebagai bahasa IPTEK, yang merupakan padanan dari bahasa asing,
misalnya kata engineering dapat dipadankan dengan kata rekayasa. Dari kata
rekayasa dapat diciptakan kata perekayasaan, merekayasa, teknik merekayasa,
rekayasa genetika, dan sebagainya. Belakangan ini ada anggapan dari kebanyakan
orang, bahwa bahasa Indonesia tidak dapat diringkas. berdasarkan penelitian dan
pengamatan yang dilakukan oleh Purwo Hadijojo, yang difokuskan pada
perbandingan judul karya ilmiah dalam bahasa Inggris Ground Water for
Irrigation dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan jumlah kata yang
relatif sama, yaitu air tanah untuk irigasi, ada juga judul karya ilmiah dari
bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang lebih pendek,
yaitu The Economic Value of Ground Water dalam bahasa Indonesia Nilai Ekonomi
Air Tanah. Namun demikian, ada juga yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
yang lebih panjang Modern well Design dalam bahasa Indonesia Perencanaan sumur
Bor Masa Kini. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan, bahwa bahasa Indonesia memiliki kemampuan yang sama dengan bahasa
lainnya dalam memasyarakatkan IPTEK.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) IPTEK tidak dapat
tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya,
ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan
produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa
peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat
berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa
sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam
menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa
merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
DAFTAR PUSTAKA
Andriawan, Krispratomo. 2010. Peran Bahasa Indonesia dalam IPTEK. (online).
Tersedia : http://criz-scania.blogspot.com/2010/11/bahasa-indonesia-dalam-ilmu-pengetahuan.html
(02 Maret 2012)
Indriana, Dewi Nur. 2010. Peranan Bahasa Indonesia dalam Pengembangan
ilmu Pengetahuan dan Teknologi. (online). Tersedia : http://ghembiel09.blogspot.com/2010/11/peranan-bahasa-indonesia-dalam.html
(02 Maret 2012)
Meriyanti S., Ezra. 2010. Bahasa Indonesia dan Peranannya dalam IPTEK. (online). Tersedia : http://ezrameriyanti88.blogspot.com/2010/11/bahasa-indonesia-dan-peranannya-dalam.html (02 Maret 2012)
Rouf, Abd. 2011. Eksistensi Bahasa Indonesia di
Era Global. (online). Tersedia : http://www.mtsppiu.sch.id/bahasa-indonesia/eksistensi-bahasa-indonesia-era-global (02 Maret 2012)
Zaman, Saefu.
2012. Pentingnya Bahasa Indonesia Bagi
Persatuan Bangsa Indonesia. (online). Tersedia : http://www.situsbahasa.info/2012/01/pentingnya-bahasa-indonesia-bagi.html
(02 Maret 2012)